PENDAHULUAN
Keluarga merupakan lingkungan
sosial pertama yang diikuti oleh individu. Keluarga juga yang mengajarkan
berbagai hal pada setiap individu. Bisa dikatakan bahwa keluarga juga merupakan
tempat pendidikan pertama bagi setiap individu. Secara tidak langsung, apapun
yang terjadi dalam sebuah keluarga menjadi pelajaran bagi semua anggota
keluarga tersebut. Baik kejadian yang baik, maupun kejadian yaang buruk akan
dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi semua anggota keluarga / setiap
individu yang ada pada keluarga tersebut.
Sebagai tempat
pembelajaran yang pertama bagi setiap individu. Maka apapun yang terjadi dalam
keluarga tersebut akan berpengaruh dalam kehidupan setiap individu yang ada di
dalamnya. Tidak hanya kejadian tertentu, tetapi setiap anggotanya juga berpengaruh
terhadap anggota lain.
Misalnya orang tua.
Orang tua memiliki banyak peran penting dalam berjalannya hubungan
kekeluargaan. Tidak hanya hubungan kekeluargaan, tetapi juga berpengaruh
penting terhadap sifat dan prilaku anak-anak mereka. Termasuk pengendalian ego
dalam setiap anak-anak mereka. Orang tua juga berperan penting dalam berbagai
perkembangan yang dialami oleh anak-anak mereka. Meskipun banyak peran orang
tua yang digantikan oleh orang lain, namun posisi orang tua sangat penting
dalam perkembangan anak-anak mereka. Orang tua juga menjadi faktor terbesar
dalam perkembangan kepribadian, psikologi, dan kemajuan anak dalam berbagai
bidang.
Kemajuan yang dialami
anak sebagai individu tidak lepas dari berbagai dukungan yang dicurahkan oleh
orang tua. Begitu besar peran orang tua hingga tidak dapat digantikan dengan
apapun. Orang tua juga yang menuntun anak-anak mereka ke gerbang keberhasilan. Banyak
keberhasilan yang dicapai oleh anak-anak yang dilatar belakangi oleh orang tua
mereka. Kemampuan orang tua untuk mendukung anak-anak mereka dalam berbagai hal
sangat berpengaruh besar.
Keberhasilan yang
dicapai anak-anak juga dilatar belakangi oleh dukungan secara material dan non
material. Meskipun banyak anak-anak yang berhasil karena dukungan keduanya
(material dan non material), namun tidak sedikit pula anak yang berhasil hanya
dengan dukungan non material. Mereka dipengaruhi oleh dukungan semangat dan
do’a dari orang tua mereka. Suport yang terus menerus dari kedua orang tua akan
menumbuhkan semangat dalam diri anak-anak mereka dalam mencapai keberhasilan.
Tidak hanya faktor suport saja, tetapi contoh langsung dari orang tua yang
tidak kenal menyerah juga akan menambah semangat anak-anak dalam mencapai
keberhasilan mereka.
Orang tua tidak hanya
menjadi faktor pendukung anak-anak mereka ketika masih kecil, tetapi orang tua
juga akan menjadi faktor pendukung mereka sampai kapanpun. Bahkan sampai mereka
tua, faktor pendukung yang telah mereka dapatkan dari orang tua mereka dahulu
akan tetap terasa.
Disini penulis akan
menuliskan bagaimana orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan dan keberhasilan
pada setiap anak.
PEMBAHASAN
Erik Erikson merupakan
ilmuan ternama yang mengembangkan teori tentang psikososial. Beliau
mengemukakan teori menurut persamaan ego. Dimana ego merupakan perasaan sadar
yang dapat dikembangkan melalui interaksi sosial. Terdapat beberapa hal yang
dapat mengembangkan ego individu diantaranya yaitu :
1.
Pengalaman
2.
Informasi baru yang didapatkan
kedua hal tersebut
dapat menjadi latar belakang terjadinya perkembangan ego individu.
Selain itu, ada juga
kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan yang dapat mendorong perkembangan anak
menjadi lebih positif. Dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan dimana
orang tua bisa menjadi motivator yang baik sehingga pertumbuhan anak berkembang
ke arah yang lebih baik dan merangkai pengalaman mereka dengan hal positif. Selain
itu, orang tua juga bisa menjadi penyaring informasi sehingga dapat memilih
informasi yang baik agar pertumbuhan ego anak-anak mereka dapat mengarah ke
arah yang lebih baik.
Orang tua juga sangat
berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak disetiap fase perkembangan
mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Erikson bahwa manusia memiliki delapan
fase dimana setiap keberhasilan pada setiap fase tersebut akan menentukan
keberhasilan pada fase selanjutnya. Erikson juga berpendapat bahwa setiap fase
memiliki perkembangan yang khas yang membutuhkan penyelesaian yang kritis bagi
setiap individu (Desmita, 2009 : 42).
Erikson berpendapat
bahwa setiap manusia akan menempuh delapan fase tersebut yaitu :
1.
Fase pertama
Fase
pertama dilalui oleh anak usia 0-18 bulan. Pada fase ini akan muncul rasa
percaya dan tidak percaya pada anak. Dimana akan akan berinteraksi melalui
tangisan yang kemudian akan direspon atau tidak oleh orang tua anak tersebut.
Ketika orang tua merespon baik maka anak tersebut akan timbul rasa percaya
terhadap orang tua mereka dan sebaliknya (Desmita, 2009 : 42).
2.
Fase kedua
Fase
kedua yaitu fase yang dialami anak usia 18 bulan sampai 3 tahun. Fase ini
disebut dengan fase kanak-kanak. Pada fase ini akan muncul rasa mandiri jika
mengalami keberhasilan atau rasa malu jika anak mengalami kegagalan. Setelah
melalui fase pertama dengan baik dan memiliki rasa percaya terhadap orang tua
maka akan timbul pula rasa percaya diri
dari anak-anak tersebut. Dari hal tersebut yang akan membuat anak-anak
sadar dengan rasa kepercayaaan diri
mereka dan percaya bahwa prilaku mereka adalah milik mereka sendiri (Desmita,
2009 : 42). Pada fase ini dukungan orang tua sangat dibutuhkan untuk membangun
rasa mandiri pada anak. Sedangkan pada anak yang orang tuanya tidak memberi
dukungan dan mematasi ruang gerak dan lingkungan dalam bergerak makan anak akan
mudah menyerah dan beranggapan bahwa dirinya tidak mampu melakukan tindakan
sendiri dan akan timbul rasa ragu-ragu atau malu sehingga membuat mereka tidak
percaya kepada kemampuan mereka sendiri (Dwi Istati Rahayu, “Membentuk Karakter
Bangsa Sejak Usia Dini” dalam jurnal kesejahteraan keluarga dan pendidikan,
Vol. 06. No. 01. Hlm. 69).
3.
Fase ketiga
Fase
ini disebut sebagai fase awal anak kecil yang terjadi pada anak usia 3-5 tahun.
Pada fase ini akan timbul rasa inisiatif
jika mereka mengalami keberhasilan dan rasa bersalah jika anak mengalami
kegagalan. Pada fase ini dukungan orang tua dengan pola asuh yang benar dengan
memahami dan menjawab berbagai pertanyaan yang timbul dalam benak sang anak
akan membuat anak semangat dalam mendekati berbagai hal yang mereka tidak tahu
dan anak memiliki rasa inisiatif yang semakin kuat (Desmita, 2009:43)
Sebaliknya,
jika pada fase ini sang anak mengalami
salah pola asuh maka yang terjadi akan timbul rasa bersalah yang menyebabkan
malignasi (sering berdiam diri untuk menghindari suatu kesalahan) (Dwi Istati
Rahayu, “Membentuk Karakter Bangsa Sejak Usia Dini” dalam jurnal kesejahteraan
keluarga dan pendidikan, Vol. 06. No. 01. Hlm. 69).
4.
Fase keempat
Fase
ini disebut juga dengan fase anak kecil dimana fase ini terjadi pada anak usia
5-13 tahun. Pada fase ini akan muncul rasa rajin jika anak tersebut mengalami
keberhasilan dan rasa rendah diri ketika mereka mengalami kegagalan. Pada fase
ini juga anak memasuki fase sekolah dimana mereka dituntut untuk melakukan
keberhasilan yang akan membuat mereka menjadi rajin. Namun jika anak tersebut
tidak berhasil maka akan timbuk rasa tidak mampu (inferioritas) yang kemudian
akan berkembang menjadi sikap rendah diri pada anak (Dwi Istati Rahayu,
“Membentuk Karakter Bangsa Sejak Usia Dini” dalam jurnal kesejahteraan keluarga
dan pendidikan, Vol. 06. No. 01. Hlm. 69).
.
Dalam fase ini orang tua perlu mendukung anak mereka dalam mencapai
keberhasilan agar timbul sikap rajin pada anak mereka. Dukungan tersebut dapat
berupa bimbingan belajar dengan menemani anak-anak belajar.
5.
Fase kelima
Fase
kelima ini merupakan fase yang dialami oleh anak usia 13-21 tahun yang disebut
dengan fase remaja. Pada fase ini akan timbul identitas dan timbul kekacauan.
dalam fase ini anak akan mengalami krisis identitas dimana ia akan merasakan
bagaimana proses peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Pada fase ini
juga anak akan mencari jati diri mereka yang sebenarnya (Desmita, 2009 : 44).
Dukungan orang tua sangat berpengaruh dalam fase ini untuk melewati krisis
identitas dengan memberikan pemahaman tantang masa remaja. Dan jika pada fase
ini sang anak tidak dapat menemukan jati dirinya maka akan timbul kekacauan.
6.
Fase keenam
Fase
keenam dari teori Erikson yaitu fase dewasa yang dialami anak usia 21-40 tahun.
Pada fase ini akan timbul keintiman atau justru isolasi pada diri mereka. Fase
ini akan timbul anak yang mulai membentuk relasi intim dengan mencintai lawan
jenis mereka. Dan jika dalam fase ini sang anak mengalami kegagalan maka akan
timbul isolasi dan menghindari hubungan secara intim. Pada fase ini orang tua
berperan dalam memberi motifasi yang baik kepada anak dalam memilih pasangan
yang mereka cintai.
7.
Fase ketujuh
Fase
ketujuh ini dialami oleh individu usia 40-60 tahun. Pada fase ini seorang anak
yang dahulu kecil akan menua. Pada fase ini akan timbul rasa peduli serta
memandu keturunan. Sehingga pada fase ini seorang individu cenderung
generativitas yaitu perduli terhadap generasi selanjutnya. Sedangkan jika sikap
generativitas tidak dapat diungkapkan maka akan mengalami pemiskinan dan
stagnasis pada individu tersebut10. Pada fase ini orang tua memang sudah tidak
memiliki peran dalam kehidupan sang anak. Tetapi sang anak tersebut yang akan
menjadi orang tua dan menjadi pendidik bagi anak mereka dengan baik. Sisi
positif dari keberhasilan bimbingan orang tua di fase sebelumnya akan membuat sang anak menjadi
pendidik yang baik bagi anak mereka dengan mencontoh dari orang tua mereka.
8.
Fase kedelapan
Fase
ini terjadi pada individu usia diatas 60 tahun dimana akan timbul rasa
integritas jika mereka berhasil dan rasa putus asa jika mereka gagal. Pada fase
ini seorang individu akan melakukan evaluasi tentang apa yang pernah ia lakukan
selama hidup serta menerima dan menyesuaikan diri dengan beberapa keberhasilan
dan kegagalan yang ia alami.
PENUTUP
Keberhasilan anak dalam
kehidupannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utama yang menjadi
pengaruh yaitu orang tua. Orang tua menjadi penentu keberhasilan anak. Berbagai
bentuk dukungan orang tua terhadap anak sangat berpengaruh dan membantu anak dakam
perkembangannya. Bahkan ketika sang anak dewasa juga akan teringat pada
dukungan orang tua mereka yang akan membuat mereka melakukan hal yang sama pada
anak mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita.2009.Psikologi
Perkembangan.Bandung.PT Rosda Karya.
Rahayu,Dwi Istati.
Membentuk Karakter Bangsa Sejak Usia Dini. Jurnal Ksesejahteraan Keluarga dan
Pendidikan, Vol. 06. No. 01.
Nur Rizkiyah
191310004137
FTIK UNISNU JEPARA