beranda

Sabtu, 12 Juni 2021

PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN DAN KEBERHASILAN SETIAP INDIVIDU

 

PENDAHULUAN

Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang diikuti oleh individu. Keluarga juga yang mengajarkan berbagai hal pada setiap individu. Bisa dikatakan bahwa keluarga juga merupakan tempat pendidikan pertama bagi setiap individu. Secara tidak langsung, apapun yang terjadi dalam sebuah keluarga menjadi pelajaran bagi semua anggota keluarga tersebut. Baik kejadian yang baik, maupun kejadian yaang buruk akan dijadikan sebagai bahan pembelajaran bagi semua anggota keluarga / setiap individu yang ada pada keluarga tersebut.

Sebagai tempat pembelajaran yang pertama bagi setiap individu. Maka apapun yang terjadi dalam keluarga tersebut akan berpengaruh dalam kehidupan setiap individu yang ada di dalamnya. Tidak hanya kejadian tertentu, tetapi setiap anggotanya juga berpengaruh terhadap anggota lain.

Misalnya orang tua. Orang tua memiliki banyak peran penting dalam berjalannya hubungan kekeluargaan. Tidak hanya hubungan kekeluargaan, tetapi juga berpengaruh penting terhadap sifat dan prilaku anak-anak mereka. Termasuk pengendalian ego dalam setiap anak-anak mereka. Orang tua juga berperan penting dalam berbagai perkembangan yang dialami oleh anak-anak mereka. Meskipun banyak peran orang tua yang digantikan oleh orang lain, namun posisi orang tua sangat penting dalam perkembangan anak-anak mereka. Orang tua juga menjadi faktor terbesar dalam perkembangan kepribadian, psikologi, dan kemajuan anak dalam berbagai bidang.

Kemajuan yang dialami anak sebagai individu tidak lepas dari berbagai dukungan yang dicurahkan oleh orang tua. Begitu besar peran orang tua hingga tidak dapat digantikan dengan apapun. Orang tua juga yang menuntun anak-anak mereka ke gerbang keberhasilan. Banyak keberhasilan yang dicapai oleh anak-anak yang dilatar belakangi oleh orang tua mereka. Kemampuan orang tua untuk mendukung anak-anak mereka dalam berbagai hal sangat berpengaruh besar.

Keberhasilan yang dicapai anak-anak juga dilatar belakangi oleh dukungan secara material dan non material. Meskipun banyak anak-anak yang berhasil karena dukungan keduanya (material dan non material), namun tidak sedikit pula anak yang berhasil hanya dengan dukungan non material. Mereka dipengaruhi oleh dukungan semangat dan do’a dari orang tua mereka. Suport yang terus menerus dari kedua orang tua akan menumbuhkan semangat dalam diri anak-anak mereka dalam mencapai keberhasilan. Tidak hanya faktor suport saja, tetapi contoh langsung dari orang tua yang tidak kenal menyerah juga akan menambah semangat anak-anak dalam mencapai keberhasilan mereka.

Orang tua tidak hanya menjadi faktor pendukung anak-anak mereka ketika masih kecil, tetapi orang tua juga akan menjadi faktor pendukung mereka sampai kapanpun. Bahkan sampai mereka tua, faktor pendukung yang telah mereka dapatkan dari orang tua mereka dahulu akan tetap terasa.

Disini penulis akan menuliskan bagaimana orang tua memiliki peran penting dalam perkembangan dan keberhasilan pada setiap anak.


PEMBAHASAN

Erik Erikson merupakan ilmuan ternama yang mengembangkan teori tentang psikososial. Beliau mengemukakan teori menurut persamaan ego. Dimana ego merupakan perasaan sadar yang dapat dikembangkan melalui interaksi sosial. Terdapat beberapa hal yang dapat mengembangkan ego individu diantaranya yaitu :

1.      Pengalaman

2.      Informasi baru yang didapatkan

kedua hal tersebut dapat menjadi latar belakang terjadinya perkembangan ego individu.

Selain itu, ada juga kemampuan memotivasi sikap dan perbuatan yang dapat mendorong perkembangan anak menjadi lebih positif. Dalam hal ini peran orang tua sangat dibutuhkan dimana orang tua bisa menjadi motivator yang baik sehingga pertumbuhan anak berkembang ke arah yang lebih baik dan merangkai pengalaman mereka dengan hal positif. Selain itu, orang tua juga bisa menjadi penyaring informasi sehingga dapat memilih informasi yang baik agar pertumbuhan ego anak-anak mereka dapat mengarah ke arah yang lebih baik.

Orang tua juga sangat berperan dalam pertumbuhan dan perkembangan anak disetiap fase perkembangan mereka. Seperti yang diungkapkan oleh Erikson bahwa manusia memiliki delapan fase dimana setiap keberhasilan pada setiap fase tersebut akan menentukan keberhasilan pada fase selanjutnya. Erikson juga berpendapat bahwa setiap fase memiliki perkembangan yang khas yang membutuhkan penyelesaian yang kritis bagi setiap individu (Desmita, 2009 : 42).

Erikson berpendapat bahwa setiap manusia akan menempuh delapan fase tersebut yaitu :

1.      Fase pertama

Fase pertama dilalui oleh anak usia 0-18 bulan. Pada fase ini akan muncul rasa percaya dan tidak percaya pada anak. Dimana akan akan berinteraksi melalui tangisan yang kemudian akan direspon atau tidak oleh orang tua anak tersebut. Ketika orang tua merespon baik maka anak tersebut akan timbul rasa percaya terhadap orang tua mereka dan sebaliknya (Desmita, 2009 : 42).

2.      Fase kedua

Fase kedua yaitu fase yang dialami anak usia 18 bulan sampai 3 tahun. Fase ini disebut dengan fase kanak-kanak. Pada fase ini akan muncul rasa mandiri jika mengalami keberhasilan atau rasa malu jika anak mengalami kegagalan. Setelah melalui fase pertama dengan baik dan memiliki rasa percaya terhadap orang tua maka  akan timbul pula rasa percaya diri dari anak-anak tersebut. Dari hal tersebut yang akan membuat anak-anak sadar  dengan rasa kepercayaaan diri mereka dan percaya bahwa prilaku mereka adalah milik mereka sendiri (Desmita, 2009 : 42). Pada fase ini dukungan orang tua sangat dibutuhkan untuk membangun rasa mandiri pada anak. Sedangkan pada anak yang orang tuanya tidak memberi dukungan dan mematasi ruang gerak dan lingkungan dalam bergerak makan anak akan mudah menyerah dan beranggapan bahwa dirinya tidak mampu melakukan tindakan sendiri dan akan timbul rasa ragu-ragu atau malu sehingga membuat mereka tidak percaya kepada kemampuan mereka sendiri (Dwi Istati Rahayu, “Membentuk Karakter Bangsa Sejak Usia Dini” dalam jurnal kesejahteraan keluarga dan pendidikan, Vol. 06. No. 01. Hlm. 69).

3.      Fase ketiga

Fase ini disebut sebagai fase awal anak kecil yang terjadi pada anak usia 3-5 tahun. Pada  fase ini akan timbul rasa inisiatif jika mereka mengalami keberhasilan dan rasa bersalah jika anak mengalami kegagalan. Pada fase ini dukungan orang tua dengan pola asuh yang benar dengan memahami dan menjawab berbagai pertanyaan yang timbul dalam benak sang anak akan membuat anak semangat dalam mendekati berbagai hal yang mereka tidak tahu dan anak memiliki rasa inisiatif yang semakin kuat (Desmita, 2009:43)

Sebaliknya, jika pada fase ini  sang anak mengalami salah pola asuh maka yang terjadi akan timbul rasa bersalah yang menyebabkan malignasi (sering berdiam diri untuk menghindari suatu kesalahan) (Dwi Istati Rahayu, “Membentuk Karakter Bangsa Sejak Usia Dini” dalam jurnal kesejahteraan keluarga dan pendidikan, Vol. 06. No. 01. Hlm. 69).

 

4.      Fase keempat

Fase ini disebut juga dengan fase anak kecil dimana fase ini terjadi pada anak usia 5-13 tahun. Pada fase ini akan muncul rasa rajin jika anak tersebut mengalami keberhasilan dan rasa rendah diri ketika mereka mengalami kegagalan. Pada fase ini juga anak memasuki fase sekolah dimana mereka dituntut untuk melakukan keberhasilan yang akan membuat mereka menjadi rajin. Namun jika anak tersebut tidak berhasil maka akan timbuk rasa tidak mampu (inferioritas) yang kemudian akan berkembang menjadi sikap rendah diri pada anak (Dwi Istati Rahayu, “Membentuk Karakter Bangsa Sejak Usia Dini” dalam jurnal kesejahteraan keluarga dan pendidikan, Vol. 06. No. 01. Hlm. 69).

. Dalam fase ini orang tua perlu mendukung anak mereka dalam mencapai keberhasilan agar timbul sikap rajin pada anak mereka. Dukungan tersebut dapat berupa bimbingan belajar dengan menemani anak-anak belajar.

5.      Fase kelima

Fase kelima ini merupakan fase yang dialami oleh anak usia 13-21 tahun yang disebut dengan fase remaja. Pada fase ini akan timbul identitas dan timbul kekacauan. dalam fase ini anak akan mengalami krisis identitas dimana ia akan merasakan bagaimana proses peralihan dari masa kanak-kanak ke masa remaja. Pada fase ini juga anak akan mencari jati diri mereka yang sebenarnya (Desmita, 2009 : 44). Dukungan orang tua sangat berpengaruh dalam fase ini untuk melewati krisis identitas dengan memberikan pemahaman tantang masa remaja. Dan jika pada fase ini sang anak tidak dapat menemukan jati dirinya maka akan timbul kekacauan.

6.      Fase keenam

Fase keenam dari teori Erikson yaitu fase dewasa yang dialami anak usia 21-40 tahun. Pada fase ini akan timbul keintiman atau justru isolasi pada diri mereka. Fase ini akan timbul anak yang mulai membentuk relasi intim dengan mencintai lawan jenis mereka. Dan jika dalam fase ini sang anak mengalami kegagalan maka akan timbul isolasi dan menghindari hubungan secara intim. Pada fase ini orang tua berperan dalam memberi motifasi yang baik kepada anak dalam memilih pasangan yang mereka cintai.

7.      Fase ketujuh

Fase ketujuh ini dialami oleh individu usia 40-60 tahun. Pada fase ini seorang anak yang dahulu kecil akan menua. Pada fase ini akan timbul rasa peduli serta memandu keturunan. Sehingga pada fase ini seorang individu cenderung generativitas yaitu perduli terhadap generasi selanjutnya. Sedangkan jika sikap generativitas tidak dapat diungkapkan maka akan mengalami pemiskinan dan stagnasis pada individu tersebut10. Pada fase ini orang tua memang sudah tidak memiliki peran dalam kehidupan sang anak. Tetapi sang anak tersebut yang akan menjadi orang tua dan menjadi pendidik bagi anak mereka dengan baik. Sisi positif dari keberhasilan bimbingan orang tua di fase  sebelumnya akan membuat sang anak menjadi pendidik yang baik bagi anak mereka dengan mencontoh dari orang tua mereka.

8.      Fase kedelapan

Fase ini terjadi pada individu usia diatas 60 tahun dimana akan timbul rasa integritas jika mereka berhasil dan rasa putus asa jika mereka gagal. Pada fase ini seorang individu akan melakukan evaluasi tentang apa yang pernah ia lakukan selama hidup serta menerima dan menyesuaikan diri dengan beberapa keberhasilan dan kegagalan yang ia alami.


 

PENUTUP

Keberhasilan anak dalam kehidupannya dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor utama yang menjadi pengaruh yaitu orang tua. Orang tua menjadi penentu keberhasilan anak. Berbagai bentuk dukungan orang tua terhadap anak sangat berpengaruh dan membantu anak dakam perkembangannya. Bahkan ketika sang anak dewasa juga akan teringat pada dukungan orang tua mereka yang akan membuat mereka melakukan hal yang sama pada anak mereka.


 

DAFTAR PUSTAKA

Desmita.2009.Psikologi Perkembangan.Bandung.PT Rosda Karya.

Rahayu,Dwi Istati. Membentuk Karakter Bangsa Sejak Usia Dini. Jurnal Ksesejahteraan Keluarga dan Pendidikan, Vol. 06. No. 01.




Nur Rizkiyah

191310004137

FTIK UNISNU JEPARA

Senin, 25 Januari 2021

AL-QUR'AN HADITS

 Mata Pelajaran Qur’an Hadits adalah bagian dari mata pelajaran pendidikan Agama Islam yang memberikan pendidikan untuk memahami dan mengamalkan al-Qur'an sehingga mampu membaca dengan fasih, menerjemahkan, menyimpulkan isi kandungan, menyalin dan menghafal ayat-ayat terpilih serta memahami dan mengamalkan hadits-hadits pilihan sebagai pendalaman dan perluasan bahan kajian dari pelajaran Qur’an Hadits Madrasah Tsanawiyah sebagai bekal mengikuti jenjang pendidikan berikutnya.

 Pengertian, Tujuan, Fungsi, Urgensi, dan Ruang Lingkup Pemb. Al-Qur'an  Hadits - Kumpulan Referensi

Secara umum faktor pendukung dan penghambat mata pelajaran Al- Qur’an Hadits adalah guru yang bisa memberikan motivasi kepada siswa sehingga siswa menjadi tekun dan siswa mudah menerima pelajaran, hafalan-hafalan juga mempermudah siswa memamahmi pelajaran dan mangamalkan Pendidikan Agama Islam. Semua itu adalah faktor pendukung dari mata pelajaran Al-Qur’an Hadits, sedangkan untuk faktor penghambatnya adalah belum tersedianya buku pegangan atau cetak dikarenakan kurikulum yang baru, sulitnya mencari bahan materi yang akan diajarkan karena belum tersedianya buku pegangan atau buku cetak yang dari Departemen Agama.

Jumat, 22 Januari 2021

SEJARAH KEBUDAYAAN ISLAM

 

Sejarah dalam bahasa Arab berasal dari kata sajaratun yang berarti pohon. Apa yang terjadi pada masa lampau merupakan cerminan atau pelajaran masa kini dan yang akan datang. Sejarah dalam pandangan Islam tidak hanya berbicara masalah data dan fakta, akan tetapi sejarah merupakan dialektikal nilai, pertarungan nilai. Karena sejarah membawa identitas sebuah identitas masyarakat akan masa lalu nya. Jadi sejarah adalah peristiwa atau kejadian masa lalu tidak hanya sekedar memberi informasi tentang terjadinya peristiwa, tetapi juga memberi interpretasi atas peristiwa yang terjadi dengan melihat pada hukum sebab akibat.
Kata peradaban secara etimologi adalah terjemah dari kata Arab al-hadharah. Istilah Arab ini juga sering diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan “kebudayaan”. Padahal istilah kebudayaan dalam bahasa Arab adalah al-atsaqafah. Di Indonesia, sebagaimana juga di Arab dan Barat, masih banyak yang mensinominkan dua kata: “ kebudayaan” al-tsaqafah (Arab) dan culture (Inggris) dengan “peradaban” al-hadharah (Arab) dan civilization (Inggris) sebagai istilah baku kebudayaan. Dalam perkembangan ilmu antropologi, kedua istilah itu dibedakan. Kebudayaan adalah bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan manifestasi-manifestasi kemajuan teknis dan teknologi lebih berkaitan dengan peradaban. Kebudayaan lebih banyak difleksikan dalam seni, sastra, agama dan moral, maka peradaban terfleksi dalam politik, ekonomi dan teknologi.
 
 Ringkasan Sejarah Kebudayaan Islam - DIALOG ILMU
 
Kata “ kebudayaan” berasal dari bahasa sansekerta “budhayah”, ialah bentuk jamak dari “budhi” yang berarti “budhi” atau “akal”. Demikian, kebudayaan itu dapat diartikan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Disamping itu ada pula ahli yang berpendapat bahwa kata “kebudayaan” berasal dari kata “budi” dan “daya”. Budi berarti “‘akal-fikiran” dan daya berarti “tenaga, kekuatan dan sanggupan”. Maka kebudayaan mengandung makna leburan daripada dua makna tadi, dan artinya himpunan segala usah dan daya yang dikerjakan dengan menggunakan hasil pendapat budi, untuk memperbaiki sesuatu dengan tujuan mencapai kesempurnaan.
Berdasarkan penjelasan di atas bahwa kebudayaan sering diartikan  sama dengan peradaban. Kebudayaan  sebagai bentuk ungkapan tentang semangat mendalam suatu masyarakat. Sedangkan peradaban sebagai bentuk manifestasi-manifestasi kemajuan teknis dan teknologi .
Pada umumnya para ahli membagi agama menjadi 2, yaitu: agama samawi (wahyu) dan agama ardhi (budaya). Agama samawi adalah agama ciptaan Allah yang kemudian melalui utusannya disampaikan kepada umat manusia. Sedangkan agama ardhi adalah agama yang diciptakan manusia.
Definisi agama, Sidi Gazalba berpendapat bahwa agama Islam adalah: “Kepercayaan kepada Allah dan melakukan ibadah kepada-Nya berdasarkan Al-Qur’an dan Hadist, yang membentuk taqwa”. Hakikat definisi tersebut adalah habl min Allah (hubungan manusia dengan Allah). Jadi apabila didefinisikan  dengan kebudayaan Islam. Kebudayaan Islam ialah cara berfikir dan cara merasa taqwa yang menyatakan diri dalam seluruh aspek kehidupan sekumpulan manusia dengan membentuk masyarakat. Esensi definisi kebudayaan Islam ialah cara hidup, dan esensi definisi kebudayaan Islam ialah cara hidup taqwa.
Landasan peradaban Islam adalah kebudayaan Islam terutama wujud idealnya, sementara landasan kebudayaan Islam adalah agama. Jadi dalam Islam, tidak seperti pada masyarakat yang menganut agama bumi (ardhi), agama bukanlah kebudayaan tetapi dapat melahirkan kebudayaan. Jika kebudayaan merupakan hasil cipta, rasa dan karsa manusia, maka agama Islam adalah wahyu dari Tuhan.
Dari definisi sejarah, kebudayaan, Islam dapat disimpulkan bahwa sejarah kebudayaan Islam adalah peristiwa atau kejadian umat-umat Islam terdahulu yang dijadikan sebagai kemaslahatan hidup dan kehidupan manusia saat ini sebagai pedoman untuk menjadi lebih baik serta bahagia dunia akhirat.

B.       Ruang Lingkup Sejarah Kebudayaan Islam
Ruang lingkup sejarah kebudayaan Islam sebagai berikut:
1.    Dakwah Nabi Muhammad SAW.
2.    Kepemimpinan umat Islam setelah Nabi wafat.
3.    Perkembangan Islam periode klasik atau zaman keemasan (pada tahun 650-1250 M).
4.    Perkembangan Islam pada abad pertengahan atau zaman kemunduran (pada tahun 1250-1800 M).
5.    Perkembangan Islam pada abad modern atau zaman kebangkitan (pada tahun 1800 M- sekarang).
6.    Perkembangan Islam di Indonesia.

FIQIH

 Al-Ghazali berpendapat bahwa secara literal, fikih (fiqh) bermakna al-‘ilm wa al-fahm (ilmu dan pemahaman). (Imam al-Ghazali, Al-Mustashfâ fî ‘Ilm al-Ushûl, hlm. 5. Lihat juga: Imam al-Razi, Mukhtâr ash-Shihâh, hlm. 509; Imam asy-Syaukani, Irsyâd al-Fuhûl, hlm. 3; Imam al-Amidi, Al-Ihkâm fî Ushûl al-Ahkâm, I/9). Sedangkan menurut Taqiyyuddin al-Nabhani, secara literal, fikih bermakna pemahaman (al-fahm). (Taqiyyuddin an-Nahbani, Asy-Syakhshiyyah al-Islâmiyyah, III/5).


Sementara itu, secara istilah, para ulama mendefinisikan fikih sebagai berikut:

  1. Fikih adalah pengetahuan tentang hukum syariat yang bersifat praktis (‘amaliyyah) yang digali dari dalil-dalil yang bersifat rinci (tafshîlî). (An-Nabhani, ibid., III/5).
  2. Fikih adalah pengetahuan yang dihasilkan dari sejumlah hukum syariat yang bersifat cabang yang digunakan sebagai landasan untuk masalah amal perbuatan dan bukan digunakan landasan dalam masalah akidah. (Al-Amidi, op.cit., I/9).
  3. Fikih adalah ilmu tentang hukum-hukum syariat yang digali dari dalil-dalil yang bersifat rinci. (Asy-Syaukani, op.cit., hlm.3).


Fiqih Islam

Pembagian Fikih

Dalam membahas masalah fikih para ulama setidaknya membagi/mengaktegorikannya menjadi:

AQIDAH AKHLAK

 A. PENGERTIAN AKIDAH AKHLAK

Menurut Syaikh Abu Bakar Al-Jaziri akidah adalah kumpulan dari hukum-hukum kebenaran yang jelas yang dapat diterima oleh akal, pendengaran dan perasaan yang diyakini oleh hati manusia dan dipujinya, dipastikan kebenarannya, ditetapkan kesalehannya dan tidak melihat ada yang menyalahinya dan bahwa itu benar serta berlaku selamanya. Sedangkan Akhlak adalah suatu kondisi atau sifat yang telah meresap dari jiwa dan menjadi kepribadian hingga dari situ timbullah berbagai macam perbuatan dengan cara spontan dan mudah tanpa dibuat-buat dan tanpa melakukan pemikiran. 

Aqidah Akhlak adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah SWT dan meralisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasrkan Al-Qur’an dan Hadits melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan serta penggunaan pengalaman.

 Pengertian Aqidah, Ruang lingkup, Macam, Fungsi dan Tujuan

B.Tujuan Akidah Akhlak
  1. Menumbuhkembangkan Akidah melalui pemberian, pemupukan, dan pengembangan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, pembiasaan, serta pengalaman siswa tentang akidah Islam sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang keimanan dan keimanan dan ketakwaannya kepada Allah SWT
  2. Mewujudkan manusia Indonesia yang berakhlak mulia dan menghindari akhlak tercela dalam kehidupan sehari-hari baik dalam kehidupan individu maupun sosial, sebagai manifestasi dari ajaran dan nilai-nilai akidah Islam.
C. Fungsi Aqidah Akhlak
  1. Penanaman nilai ajaran Islam sebagai pedoman mencapai kebahagiaan hidup di dunia dan akhirat;
  2. Pengembangan keimanan dan ketakwaan kepada Allah SWT serta akhlak mulia peserta didik seoptimal mungkin, yang telah ditanamkan lebih dahulu dalam lingkungan keluaraga;
  3. Penyesuaian mental peserta didik terhadap lingkunga fisik dan sosial melalui aqidah akhlak;
  4. Perbaikan kesalahan-kesalan, kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan pengalaman ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari;

 

pendidikan agama islam

   PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

 

A . PENGERTIAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Pendidikan agama islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati, hingga mengimani, ajaran agama islam, dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain dalam hubungannya dengan kerukunan antar ummat beragama hingga terwujud kesatuan dan persatuan bangsa (kurikulum PAI, 3: 2002).

Pendidikan-Agama-Islam

Menurut Zakiyah Dradjat pendidikan agama islam adalah suatu usaha untuk membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaramn islam secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan yang apada akhirnya dapat mengamalkan serta menjadikan islam sebagai pandangan hidup.

Menurut Dr. Armai Arief, M.A pendidkan islam yaitu sebuah proses yang dilakukan untuk menciptakan manusia-manusia yang seutuhnya; beriman dan bertakwa kepada Tuhan serta mampu mewujudkan eksistensinya sebagai khalifah allah di muka bumi, yang bersandar kepada ajaran Al-quran dan Sunnah, maka tujuan dalam konteks ini berarti terciptanya insane-insan kamil setelah proses berakhir.

B. TUJUAN DAM FUNGSI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
a. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Tujuan pendidikan islam merupakan hal yang dominan dalam pendidikan, rasanya penulis perlu mengutif ungkapan breiter, bahwa pendidikan adalah persoalan tujuan dan fokus. Mendidika anak berarti bertindak dengan tujuan agar mempengaruhi perkembangan anak sebagai seseorang secarah utuh.

Pendidikan agama islam di sekolah bertujuan untuk menumbuhkan dan meningkatkan keimanan melalui pemberian dan pemupukan pengetahuan, penghayatan, pengamalan, serta pengalaman peserta didik tentang agama islam sehingga menjadi manusia muslimyang terus berkembang dalam hal keimanan, ketakwaannya, berbangsa dan bernegara, serta untuk dapat melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi.

Secara umum, tujuan pendidikan agama islam terbagi kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir, dan tujuan operasional, tujuan umum adalah tujuan yang akan dicapai denagan semua kegiatan pendidikan baik dengan pengajaran atau dengan cara lain. Tujuan sementara adalah tujuan yang akan dicapai setelah anak didik diberi sejumlah pengalaman tertentu yang direncanakan dalam sebuah kurikulum. Tujuan akhir adalah tujuan yang dikehendaki agar peserta didik manusia-manusia yang sempurna (insane kamil). Sedangkan tujuan operasional adalah tujuan praktis yang akan dicapai dengan sejumlah kegiatan pendidikan tertentu.

Tujuan pendidikan agama islam dalam perspektif para ulama muslim.
  1. Menurut abdul rahman shaleh mengatakan mengatakan bahwa pendidikan islam bertujuan untuk membentuk kepribadian sebagai khalifah Allah swt, sekurang-kurangnya mempersiapklan diri kepada tujuan akhir, yakni beriman kepada Allah dan tunduk serta patuh secara total kepadanya.
  2. Menurut Imam Al-Gazali mengatakan ada dua tujuan utama yakni, membentuk insan purna yang pada akhirnya dapat mendekatkan diri kepada Allah swt. Dan membentuk insane purna untuk memperoleh kebahagiaan dunia maupun akhirat.
  3. Menurut Hasan Lagulung dalan bukunya asas-asas pendidikan islam, hasan lagulung mnjelaskan, bahwa tujuan pendidikan harus dikaitkan dengan tujuan hidup manusia, atau lebih tegasnya, tujuan hidup untuk menjawab persoalan, untuk apa kita hidup yakni semata-mata hanya untuk menyembah kepada Allah swt.


Dari beberapa pendapat diatas tujuan pendidikan islam dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan islam adalah sesuatu yang diharapkan tercapai setelah proses pendidikan berakhir. Tujuan ini diklasifikan kepada: tujuan umum, tujuan sementara, tujuan akhir dan tujuan operasional.

Banyak sekali konsep dan teori tujuan pendidikan islam yang telah dikemukakan oleh para ahli pendidikan, baik pada zaman klazik, pertengahan maupun dewasa ini. Namun dapat difahami, bahwa beragamnya konsep dan teori tujuan pendidikan agama islam tersebut merupakan bukti adanya usaha dari para intelektual muslim dan masyarakat muslim umumnya untuk menciptakan suatu system pendidikan yang baik bagi masyarakatnya. Namun demikian berkembangnya pemikiran tentang tujuan pendidikan islam tidak pernah melenceng dari prinsip dasar yang menjadi asas berpijak dalam pengembangan tujuan pendidikan yang dimaksud.

Oleh karena itu berbicara pendidikan agama islam, baik makna maupun tujuannya haruslah mengacuh pada penanaman nilai-nilai islam dan tidak dibenarkan melupakan etika sosial atau moralitas sosial. Penanaman nilai-nilai ini juga dalam rangka menuai keberhasilan hidup di dunia bagi anak didik yang kemudian akan mampu membuahkan kebaikan diakhirat kelak.

b. Fungsi Pendidikan Agama Islam 

Fungsi Pendidikan Agama Islam di sekolah atau madrasah Abdul Majid, dan Dian Andayani, dalam bukunya Pendidikan Agama Islam Berbasis Kompotensi, yakni sebagai berikut:

  1. Pengembangan, yaitu meningkatkan keimanan dan ketakwaan peserta didik kepada Allah swt yang telah ditanamkan dalam lingkungan keluarga. Pada dasarnya kewajiban menanamkan keimanan dan ketakwaan di lakukan oleh setiap orang tua dalam keluarga. Sekolah berfungsi untuk menumbuh kembangkan lebih lanjut dalam diri anak melalui bimbingan, pengajaran dan pelatihan agar keimanan dan ketakwaan tersebut dapat berkembang secara optimal sesuai dengan tingkat perkembangannya.
  2. Penanaman nilai, sebagai pedoman hidup untuk mencari kebahagian hidup didunia dan di akhirat.
  3. Penyesuaian mental, yaitu untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya baik lingkungan fisik maupun lingkungan sosial dan dapat mengubah lingkungannya sesuai dengan ajaran agama islam.
  4. Perbaikan, yaitu untuk memperbaiki kesalahan-kesalahan, kekurangan-kekurangan dan kelemahan-kelemahan peserta didik dalam keyakinan, pemahaman dan pengalaman ajaran dalam kehidupan sehari-hari.
  5. Pencegahan, yaitu untuk menangkal, hal-hal negatif dari lingkungannya atau dari budaya lain yang dapat membahayakan dirinya dan menghambat perkembangannya menuju manusia Indonesia seutuhnya.
  6. Pengajaran, tentang ilmu pengetahuan keagamaan secara umum system dan fungsional.
  7. Penyaluran, yaitu untuk menyalurkan anak-anak yang memiliki bakat khusus di bidang agama islam agar bakat tersebut dapat berkembangsecara optimal sehingga dapat dimanfaatkan untuk dirinya sendiri dan bagi orang lain.

C. PENTINGNYA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
a. Pendidikan Agama dalam Lingkup Pendidikan Nasional
Kita sebagai warga Negara Indonesia yang beriman dan bertakwa, patriotic (cinta tana air) menjadikan falsafah pancasila sebagai pedoman hidup bernegara dan bermasyarakat. Sepakat bahwa pendidikana gama (khususnya islam) harus kita sukseskan dalam pelaksanaan pada semua jenis, jenjang, dan jalurnya. Sesuai dan sejalan dengan aspirasi bangsa seperti telah digariskan dalam tap-tap MPR, dan undang-undang telah menjabarkan aspirasi tersebut yang telah disetujui oleh DPR dan disahkan oleh presiden. Sehingga menjadi dasar yuridis nasional kita mengikat seluruh warga Negara Indonesia ke dalam satu system pendidikan nasional.

Permasalahan yang perlu kita bahas adalah bagaimana cara pelaksanaannya agar pendidikan agama kita lebih berguna dalam mewujudkan generasi bangsa yang berkualitas unggul, lahiriah, dan batiniah. Berkemampuan tinggi dalam kehidupan akliah dan akidah serta berbobot dalam perilaku amaliah dan muamalah. Sehingga survive dalam arus dinamika perubahan sosial budaya pada masa hidupnya. Ketahanan mental sprtitual dan fisik berkat pendidikan agama kita benar-benar berfungsi efektif bagi kehidupan generasi bangsa dari waktu kewaktu.

Idealitas tersebut baru dapat terlakasana dengan tepat sasaran jika kita mampu melaksanakan strategi dasar yang berwawan jauh kemasa depan kehidupan bangsa, kehidupan yang dihadapkan kepada kemajuan ilmu dan teknologi canggih yang semakin sekularistik arahnya.

Orientasi pendidikan agama islam ialah pendidikan ini secara tidak langsung mengharuskan kita untuk menyelenggarakan proses pendidikan nasional yang konsisten dan secara integralistik menuju kearah pencapaian tujuan akhir. Terbentuknya manusia Indonesia seutuhnya yang berkualitas unggul yang berkembang dan tumbuh di atas pola kehidupan yang seimbang antara lahiriah dan batiniah, antara jasmania dan rohaniah atau antara kehidupan mental spiritual dan fisik material. Dalam bahasa islam, membentuk insan kamil yang secara homeostatic dapat mengembangkan dirinya dalam pola kehidupan yang kahasanah fiddunnya dan khasanah fil akhirat terhindar dari siksaan api neraka, secara simultan tidak terpisah-pisah antara kedua unsurnya.

Jalan menuju ketujuan itu, tidak lain adalah melalui proses pendidikan yang berorientasi kepada hubungan tiga arah yaitu hubungan anak didik dengan tuhannya, dengan masyarakat dan dengan alam sekitarnya.

PERAN ORANG TUA DALAM PERKEMBANGAN DAN KEBERHASILAN SETIAP INDIVIDU

  PENDAHULUAN Keluarga merupakan lingkungan sosial pertama yang diikuti oleh individu. Keluarga juga yang mengajarkan berbagai hal pada se...